Sabtu, 26 Maret 2016

MAKALAH PENGARUH KEPUTUSAN STRATEGIS BAGI PERUSAHAAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG

Sebuah keputusan yang dikonstruksi dengan baik mampu memberi pengaruhbesar penguatan strategis perusahaan. Sehingga sebuah keputusan sebaiknya dibuat oleh mereka yang memiliki keahlian tinggi dalam bidangnya. Pendapat serahkan segala sesuatu pada ahlinya itu menjadi jelas jika setiap keputusan dengan sesuatu persoalan yang mengikatnya maka artinya menjadi tidak tepat jika kita menunjuk orang yang mengerjakan keputusan tersebut dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki kompetensi pada bidang tersebut.
Dan jika itu juga dilakukan maka artinya keputusan tersebut dibuat telah mengesampingkan nilai strategis didalamnya. Secara realita sebuah keputusan yang dibuat dengan mengesampingkan nilai strategis maka artinya keputusan tersebut akan berdampak buruk kedepannya. Maka dalam bab ini kita akan membahas dan mengkaji pengaruh keputusan strategis bagi perusahaan beserta dengan berbagai seluk beluknya.

B. RUMUSAN MASALAH
1.  Apa pengertian keputusan strategis?
2.  Apa tahap-tahap pengambilan keputusan?
3.  Bagaimana keputusan strategis dan kepemimpinan strategis?

C. TUJUAN PENULISAN
1.  Mengetahui  pengertian keputusan strategis?
2.  Mengetahui apa tahap-tahap pengambilan keputusan?
3.  Mengetahui bagaimana keputusan strategis dan kepemimpinan strategis?









BAB II
PEMBAHASAN
1.      DEFINISI KEPUTUSAN
Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan digunakan sebagai pedoman basis dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu begitu besarnya pengaruh yang akan terjadi jika seandainya rekomendasi yang dihasilkan tersebut terdapat kekeliruan atau adanya kesalahan-kesalahan yang tersembunyi karena faktor ketidak hati-hatian dalam melakukan pengkajian masalah.[1]
Menurut lawrence R. Jauch dan W.F Glueck (1996) ada berbagai teori tentang baagaimana pengambil keputusan mengambil suatu keputusan, namun sebagian besar penulis memusatkan perhatiannya pada tiga cara pendekatan , yaitu rasional analisis, intuitif emosional, dan perilaku politis.
         Pengambil keputusan yang rasional-analisis
Dalam model ini, pengambilan keputusan merupakan seorang aktor yang tindak-tanduknya bukan saja cerdas tetapi juga rasional. Aktor memilih keputusan dengan penuh kesadaran tentang semua alternatif yang mungkin ada untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
         Pengambilan keputusan yang intuitif-emosional
Lawan dari pengambilan keputusan yang rasional adalah pengambil keputusan yang intuitif. Pengambil keputusan ini menyukai kebiasaan dan pengalaman, perasaan yang mendalam, pemikiran yang reflektif dan naluri dengan menggunakan proses alam bawah sadar.
         Pengambilan keputusan secara politis-perilaku
Pandangan ketiga mengemukakan bahwa pengambil keputusan yang sesungguhnya harus mempertimbangkan sejumlah tekanan dari orang lain yang terpengaruh oleh keputusan mereka.[2]



2.      DEFINISI KEPUTUSAN STRATEGIS DAN KEBUTUHAN AKAN KEPUTUSAN STRATEGIS
Keputusan strategis merupakan bentuk yang dilakukan dengan menempatkan pandangan serta analisis secara jangka panjang. Bentuk analisis tersebut menekankan pada pandangan serta dampak yang mungkin bisa terjadi dikemudian hari serta kondisi keputusan tersebut membawa pengaruh pada aplikasi pekerjaan yang dilakukan.
Alasan yang paling mendasar dalam pembuatan keputusan strategis adalah ingin menempatkan posisi perusahaan sebagai perusahaan yang memiliki nilai kompetensi dipasar. tanpa ada keputusan yang bernilai strategis maka kemampuan perusahaan untuk berkompetensi dipasar akan sulit untuk bisa dilakukan.
dan untuk mewujudkan terbentuknya keputusan yang bernilai strategis maka mereka-mereka yang berada diperusahaan tersebut juga harus memiliki kompetensi kemampuan untuk bekerja dalam konteks keputusan strategis. karena bagaimana mungkin mewujudkan keputusan strategis jika kompetensi SDM perusahaan lemah. sehingga wajar jika semenjak proses seleksi dan pelatihan serta berbagai pembekalan lainnya ditujukan untuk mendukung terbentuknya penguatan pada dukungan keputusan strategis.
Atas dasar itu perekrutan tenaga kerja tidak harus dilakukan dengan pemaksaan namun harus didasarkan atas dasar kompetensi. Seperti jika perusahaan migas membutuhkan tiga orang tenaga teknisi teknik komputer pertambangan, maka jika jumlah pelamar mencapai 700 orang namun yang dianggap layak berdasarkan hasil tes hanya satu orang maka yang diterima tetap satu orang saja tidak dipaksa tiga orang. karena jika dipaksa maka perusahaan harus memberikan pelatihan lagi pada dua orang lainnya. tentunya ini menyangkut dengan biaya yang harus dikeluarkan.
3.      TAHAP-TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Guna memudahkan pengambilan keputusan maka perlu dibuat tahap-tahap yang bisa mendorong kepada terciptanya keputusan yang diinginkan. Adapun tahap-tahap tersebut adalah:
1)      Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk di mengerti.
2)      Membuat daftar masalah yang akan dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali.
3)      Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih memberikan gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih spesifik.
4)      Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing yang kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model atau alat uji yang akan dipakai.
5)      Memastikan kembali bahwa alat uji yang dipergunakan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.
Di sisi lain simon (1960)  mengatakan, pengambilan keputusan berlangsung melalui empat tahap, yaitu:
         Intelligence
         Design
         Choice, dan
         Implementasi
Secara lebih dalam beliau menegaskan bahwa, "intelligence adalah proses pengumpulan informasi yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan. Design adalah tahap perancangan solusi terhadap masalah. Biasanya  pada tahap ini dikaji berbagai macam alternatif pemecahan masalah. Choice adalah tahap mengkaji kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam alternatif yang ada dan memilih yang terbaik. Implementation adalah tahap pengambilan keputusan dan melaksanakannya".[3]

4.      TIPE-TIPE KEPUTUSAN
1)      Keputusan terprogram
Adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur. Keputusan yang terprogram dianggap suatu keputusan yang dijalankan secara rutin saja, tanpa ada persoalan-persoalan yang bersifat krusial. Karena setiap pengambilan keputusan yang dilakukan hanya berusaha membuat pekerjaan yang terkerjakan berlangsung secara baik dan stabil.sebagai contoh, manajer tidak perlu memikirkan penetapan gaji karyawan baru, karena organisasi pada umumnya mempunyai skala gaji untuk semua posisi.
Pada dasarnya suatu keputusan yang terprogram akan dapat terlaksana dengan baik jika memenuhi beberapa syarat di bawah ini, yaitu:
1)      termilikinya sumber daya manusia yang memenuhi syarat sesuai standart yang diinginkan.
2)      sumber informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif adalah lengkap tersedia. Serta informasi yang diterima adalah dapat dipercaya.
3)      Pihak organisasi menjamin dari segi ketersediaan dana selama keputusan yang terprogram tersebut dilaksanakan.
4)      Aturan dan kondisi eksternal organisasi mendukung terlaksananya keputusan terprogram ini hingga tuntas. Seperti peraturan dan brbagai ketentuan lainnya tidak ikut menghalangi, bahkan sebaliknya turut mendukung.
2)    Keputusan yang tidak terprogram
Adalah keputusan yang berkenaan dengan masalah khusus, khas atau tidak biasa. Keputusan yang tidak terprogram biasanya diambil dalam usaha memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dialami sebelumnya. Ricky W. Griffin mendefinisikan keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang secara relatif tidak terstruktur dan muncul lebih jarang daripada suatu keputusan yang terprogram. Pada pengambilan keputusan yang tidak terprogram adalah kebanyakan keputusan yang bersifat lebih rumit dan membutuhkan kompetensi khusus untuk menyelesaikannya, seperti top manajemen dan para konsultan dengan tingkat skill tinggi. sebagai contoh, cara pengalokasian sumberdaya organisasi, penanganan produk yang jatuh dipasaran atau cara perbaikan hubungan masyarakat.
3)   Keputusan-keputusan dengan kepastian, resiko, dan ketidakpastian.
Dalam kondisi kepastian , para manajer mengetahui apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang karena tersedia informasi yang akurat, terpercaya dan dapat diukur sebagai dasar keputusan.
Dalam kondisi resiko, manajermengetahui besarnya probabilitas setiap kemungkinan hasil tetapi informasi lengkap tidak tersedia.
Dalam kondisi ketidakpastian, manajer tidak mengetahui probabilitas bahkan mungkin tidak mengetahui kemungkinan hasil-hasil. [4]
5.      PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Lahirnya suatu keputusan tidak serta merta berlangsung secara sederhana begitu, sebab sebuah keputusan itu selalu saja lahir berdasarkan dari proses yang memakan waktu, tenaga dan pikiran hingga akhirnya terjadinya suatu pengkristalan dan lahirlah keputusan tersebut. Saat pengambilan keputusan adalah saat dimana kita sepenuhnya memilih kendali dalam bertindak sedangkan saat kejadian tak pasti adalah saat dimana sesuatu diluar diri kitalah yang menentukan apa yang akan terjadi artinya kendali diluar kemampuan kita. Selanjutnya yang dianggap penting adalah pertanggungjawaban dari keputusan itu sendiri kepada pihak yang berkepentingan.[5]
Proses dasar pembuatan keputusan adalah sebagai berikut:
1.      Pemahaman dan perumusan masalah
Para manajer sering menghadapi kenyataan  bahwa masalah yang sebenarnya sulit diketemukan atau bahkan sering hanya mengidentifikasikan gejala masalah bukan penyebab yang mendasar.
Para manajer dapat mempermudahkan identifikasi masalah dengan beberapa cara yaitu:
·         Manajer secara sistematik menguji hubungan sebab akibat
·         Manajer mencari penyimpangan atau perubahan dari normal dan paling penting manajer berkonsultasi dengan pihak lain yang mampu memberikan pandangan dan wawasan yang berbeda tentang masalah atau kesempatan.
2.      Pengumpulan dan analisa data yang releven.
setelah manajer menentukan dan merumuskan masalah kemudian harus mulai memutuskan langkah-langkah selanjutnya , yaitu:
·         Menentukan data apa yang akan dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat.
·         Mendapatkan informasi yang dibutuhkan
Para manajer akan jarang memperoleh seluruh data yang dibutuhkan padahal mereka harus mempunyai informasi cukup untukdapat merumuskan berbagai penyelesaian.
3.      Pengembangan alternatif-alternatif
Kecenderungan untuk menerima alternatif keputusan pertama yang feasible sering menghindarkan manajer dari pencapaian penyelesaian masalah yang terbaik. Pengembangan sejumlah alternatif memungkinkan manajer menolak kecenderungan untuk membuat keputusan terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusan yang efektif.
4.      Evaluasi alternatif-alternatif
Setelah mengembangkan sejumlah alternatif, mereka harus mengevaluasinya untuk menilai efektivitas setiap alternatif.
5.      Pemilihan alternatif terbaik
Pembuatan keputusan merupakan hasil evaluasi berbagai alternatif.
6.      Implementasi keputusan
Para manajer harus membuat rencana-rencana untuk mengatasi berbagai persyaratan dan masalah yang mungkin ditemukan dalam penerapan keputusan.
7.      Evaluasi hasil-hasil keputusan
Imlementasi keputsan harus dimonitor terus-menerus, manajer harus mengevaluasi apakah implementasi dilakukan dengan lancar dan keputusan memberikan hasil-hasil yang diinginkan.[6]

6.   PERUBAHAN DALAM KEPUTUSAN
Dalam proses berlangsungnya suatu keputusan tentu tidak selamanya berlangsungsesuai dengan  rencana yang diharapkan. Secara umum dampak perubahan keputusan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok perubahan, yaitu:
         Incremental changes
Incremental changes merupakan dampak perubahan keputusan yang dapat diperkirakan atau ditaksir berapa persentase perubahan yang akan terjadi kedepannya tentu berdasarkan data-data dimasa lalu( historis).
         Turbulence change.
Turbulence change merupakan pengambilan keputusan dalam kondisi perubahan yang sulit untuk diperkirakan. Contohnya bencana alam, perubahan kondisi politik, demonstrasi buruh, dan sebagainya. Walaupun data-data tersebut ada namun kejadian seperti itu belum tentu memiliki kesamaan kondisi dan situasi seperti dulu. Seperti jatuh dan bergantinya presiden di irak baik sebelum Saddam Husein maupun pada saat Saddam Hussein ditangkap atau diturunkan posisinya dari Presiden irak secara paksa oleh tentara Amerika dan sekutunya.

7.   KUALITAS KEPUTUSAN
Kualitas merupakan mutu dari pekerjaan atau hasil yang telah dicapai dengan proses yang dilakukan. Sehingga kualitas keputusan merupakan mutu yang dihasilkan dari hasil keputusan tersebut yang telah diaplikasikan atau telah diuji secara maksimal dan terlihat hasilnya secara maksimal serta dinilai secara maksimal juga.
Penilaian secara maksimal tentunya akan menjadi lebih jelas dan lebih bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dari pada penilaian secara tidak maksimal tentunya. Maka dari itu untuk menilai suatu kualitas keputusan yang dibuat haruslah diuji secara pendekatan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pendekatan keilmuan yang dipakai disini haruslah berdasarkan pada ruang lingkup dimana asal mula proses awal berdirinya keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut adalah dipakai untuk bidang ilmu ekonomi, teknik, kedokteran dan sosiologi maka itu harus berlandaskan pada asas-asas dan aturan-aturan pada bidang ilmu yang bersangkutan, dengan maksud nantinya selalu saja keputusan tersebut berpatokan dan tetap berada pada koridor ilmu yang bersangkutan. Ini ditujukan dengan maksud guna menghindari terjadinyatumpang tindih atau kekacauan dalam aplikasi keputusan itu nantinya.
Dimana kita mengetahui bahwa kekacauan yang sering timbul adalah pada saat setiap bidang tersebut tidak bergerak atau juga tidak diberikan keleluasaan bergerak secara "independent" sesuai dengan garisnya. Dan ini berdampak pada pembentukan keputusan yang tidak berlangsung secara profesionalisme.
8. SOLUSI DALAM MENYELESAIKAN BERBAGAI MASALAH DIBIDANG   PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Ada beberapa solusi secara umum yang dapat dilaksanakan untuk menyelesaikan persoalan atau membuat suatu keputusan menjadi jauh lebih baik, yaitu:
         Menerapkan konsep keputusan yang cenderung hati-hati dan memikirkan setiap dampak yang akan timbul secara jangka pendek dan panjang.
         Menempatkan setiap keputusan berdasarkan alasan-alasan yang bersifat representatif.
         Menghindari pengambilan keputusan yang bersifat ambigu.
         Setiap keptusan yang dibuat oleh seorang pemimpin disebuah perusahaan berdasarkan pada pertimbangan fungsi manajemen.

Salah satu pandangan mengenai gaya-gaya pengambilan keputusan menurut Robbins dan D A. De Cenzo dalam bukunya “Supervision Today” , didasarkan pada pendekatan dua dimensi dalam pengambilan keputusan yaitu,
         Cara berfikir seseorang, yaitu didasarkan pada anggapan bahwa sebagian diantara kita cenderung lebih bersifat rasional dan logis dalam cara berfikir atau memproses informasi.
         Dimensi yang menggambarkan toleransi seseorang akan ambiguitas. Tipe ini lebih cenderung kearah intuitif yang memandang bahwa memproses informasi tidak harus menurut urutan tertentu melainkan memandangnya sebagai keseluruhan atau banyak pikiran sekaligus.
9.   KEPUTUSAN STRATEGIS DAN KEPEMIMPINAN STRATEGIS
Kepemimpinan strategis adalah kemampuan untuk mengantisipasi, memberi inspirasi, mempertahankan fleksibilitas, dan memberdayakan orang lain untuk menciptakan perubahan strategik yang diinginkan.

Pada era kompetitif sekarang ini ada beberapa alasan yang mendasari mengapa dibutuhkan kepemimpinan strategik, yaitu:
1.      Persaingan yang semakin tinggi membutuhkan keputusan yang memiliki kekuatan strategis.
2.      Pergerakan ekspansi bisnis terjadi dan dilakukan oleh seluruh sektor bisnis, sehingga setiap perusahaan berusaha untuk bisa unggul dan kompetitif.
3.      Konsumen merupakan mereka yang memberi keputusan dalam memutuskan suatu produk diterima dan tidak diterima.
4.      Dunia saat ini berlaku konsep borderless holders.
5.      Perkembangan dan sumbangan devisa dari sumber bisnis kepada negara.
Dari pendapat diatas dapat kita tarik satu pemahaman bahwa seorang pemimpin memiliki pengaruh besar dalam mendorong peningkatan kinerja para karyawan. Peningkatan kualitas kinerja bawahan memiliki pengaruh pada penciptaan kualitas kerja sesuai dengan pengharapan. Artinya para mitra bisnis dan konsumen akan menyukai hasil produk yang dihasilkan, dan ini berdampak pada kondisi peningkatan perolehan keuntungan perusahaan khususnya. Perolehan keuntungan artinya kinerja keuangan yang dihasilkan telah tercapai sesuai harapan.
Seorang pemimpin harus mampu mengarahkan bawahannya untuk memiliki kompetensi dalam bekerja. Karena dengan kepemilikan kompetensi karyawan tersebut akan mampu mendorong peningkatan kualitas kinerja keuangan perusahaan. Kita bisa melihat perbedaan antara karyawan yang memiliki kompetensi dan yang rendah nilai kompetensinya, pada hasil kinerja yang mereka hasilkan.
Ada adagium yang berlaku dalam dunia kepemimpinan bahwa “seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang paling sedikit memimpin, tapi seorang pemimpin yang tidak baik adalah pemimpn yang terlalu banyak memimpin.” Artinya jika seorang pemimpin terlalu banyak mengurusi berbagai urusan setiap keputusan sangat tergantung  pada diri pemimpin tersebut maka artinya pemimpin tersebut telah menciptakan kondisi ketergantungan yang begitu tinggi pada dirinya. Setiap karyawan tidak bisa berinisiatif dalam mengambil keputusan karena ia takut keputusan yang diambil adalah salah dimata pimpinan, kondisi seperti itu menyebabkan setiap ada masalah selalu harus ditanyakan kepada pimpinan. Ini bisa menyebabkan perlambatan pengambilan keputusan. Termasuk ini menunjukan pemimpin tersebut lemah.pemimpin harus mampu mendidik karyawan agar menjadi lebih baik dari dirinya.
Oleh karena itu , salah satu syarat seorang pemimpin yang baik adalah memahami sepuluh hukum human relations dengan baik. dengan tujuan agar pemimpin tersebut mampu memahami dan menempatkan dirinya, bawahan, dan organisasi secara satu kesatuan yang terkelola secara baik dan berkesinambungan. "sepuluh hukum" itu adalah:
1.      Adanya sinkronisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.
2.      suasana dan iklim kerja yang menyenangkan dan penuh persahabatan.
3.      informalitas yang dipadu secara dengan baik dengan formalitas dalam interaksi antara pimpinan dan bawahan.
4.      tidak memperlakukan manusia sama dengan mesin.
5.      pengembangan kemampuan bawahan sampai ketingkat yang maksimal.
6.      pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan, bukan yang bersifat rutin.
7.      pengakuan dan penghargaan atas pelaksanaan tugas dengan baik.
8.      sarana dan prasarana kerja yang memadai.
9.      penempatan yang tepat berdasrkan keahlian, keterampilan, dan pengalaman seseorang.
10.  balas jasa yang setimpal dengan jasa yang diberikan yang sekaligus dapat menjamin taraf hidup yang wajar.[7]





BAB III
KESIMPULAN

Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan digunakan sebagai pedoman basis dalam pengambilan keputusan.
Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan:
1)      Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk di mengerti.
2)      Membuat daftar masalah yang akan dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan terkendali.
3)      Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih memberikan gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih spesifik.
4)      Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-masing yang kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model atau alat uji yang akan dipakai.
5)      Memastikan kembali bahwa alat uji yang dipergunakan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.
Tipe-tipe keputusan:
1)      Keputusan terprogram
2)      Keputusan yang tidak terprogram
3)      Keputusan-keputusan dengan kepastian, resiko, dan ketidakpastian.
Pada era kompetitif sekarang ini ada beberapa alasan yang mendasari mengapa dibutuhkan kepemimpinan strategik, yaitu:
1)      Persaingan yang semakin tinggi membutuhkan keputusan yang memiliki kekuatan strategis.
2)      Pergerakan ekspansi bisnis terjadi dan dilakukan oleh seluruh sektor bisnis, sehingga setiap perusahaan berusaha untuk bisa unggul dan kompetitif.
3)      Konsumen merupakan mereka yang memberi keputusan dalam memutuskan suatu produk diterima dan tidak diterima.
4)      Dunia saat ini berlaku konsep borderless holders.
5)      Perkembangan dan sumbangan devisa dari sumber bisnis kepada negara.
DAFTAR PUSTAKA


Fahmi irham. 2013. Manajemen Strategis Teori dan Aplikasinya. Bandung: Alfabeta.
Yahya Yohanes. 2006. Pengantar manajemen. Yogyakarta: Graha ilmu.
Purwanto Iwan. 2006. Manajemen Strategi. Bandung: Yrama Widya.

















 


[1] Irham Fahmi. 2013. Manajemen Strategis Teori dan aplikasi. Bandung: Alfabeta. Irham Fahmi. 2013. Manajemen Strategis Teori dan aplikasi. Bandung: Alfabeta. Hal. 14
Hal. 14
[2] Iwan Purwanto. 2006. Manajemen Strategi. Bandung: Yrama Widya. Hal. 85-87
[3] Irham Fahmi. 2013. Manajemen Strategis Teori dan aplikasi. Bandung: Alfabeta. Hal. 14-16

[4] Yohanes Yahya. 2006. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 65-68
[5] Irham Fahmi. 2013. Manajemen Strategis Teori dan aplikasi. Bandung: Alfabeta. Hal. 17

[6] Yohanes Yahya. 2006. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 68-70

[7] Irham Fahmi. 2013. Manajemen Strategis Teori dan aplikasi. Bandung: Alfabeta. Hal. 20-30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar