BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sebuah
keputusan yang dikonstruksi dengan baik mampu memberi pengaruhbesar penguatan
strategis perusahaan. Sehingga sebuah keputusan sebaiknya dibuat oleh mereka
yang memiliki keahlian tinggi dalam bidangnya. Pendapat serahkan segala sesuatu
pada ahlinya itu menjadi jelas jika setiap keputusan dengan sesuatu persoalan
yang mengikatnya maka artinya menjadi tidak tepat jika kita menunjuk orang yang
mengerjakan keputusan tersebut dilakukan oleh mereka yang tidak memiliki
kompetensi pada bidang tersebut.
Dan
jika itu juga dilakukan maka artinya keputusan tersebut dibuat telah
mengesampingkan nilai strategis didalamnya. Secara realita sebuah keputusan
yang dibuat dengan mengesampingkan nilai strategis maka artinya keputusan
tersebut akan berdampak buruk kedepannya. Maka dalam bab ini kita akan membahas
dan mengkaji pengaruh keputusan strategis bagi perusahaan beserta dengan
berbagai seluk beluknya.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa pengertian keputusan strategis?
2. Apa tahap-tahap pengambilan keputusan?
3. Bagaimana keputusan strategis dan
kepemimpinan strategis?
C. TUJUAN
PENULISAN
1. Mengetahui
pengertian keputusan strategis?
2. Mengetahui apa tahap-tahap pengambilan
keputusan?
3. Mengetahui bagaimana keputusan strategis dan
kepemimpinan strategis?
BAB
II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI KEPUTUSAN
Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal
dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya
kesimpulan dan rekomendasi. Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan
digunakan sebagai pedoman basis dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu
begitu besarnya pengaruh yang akan terjadi jika seandainya rekomendasi yang
dihasilkan tersebut terdapat kekeliruan atau adanya kesalahan-kesalahan yang
tersembunyi karena faktor ketidak hati-hatian dalam melakukan pengkajian
masalah.[1]
Menurut lawrence R. Jauch dan W.F Glueck (1996) ada berbagai
teori tentang baagaimana pengambil keputusan mengambil suatu keputusan, namun
sebagian besar penulis memusatkan perhatiannya pada tiga cara pendekatan ,
yaitu rasional analisis, intuitif emosional, dan perilaku politis.
•
Pengambil keputusan yang
rasional-analisis
Dalam model ini, pengambilan keputusan merupakan seorang
aktor yang tindak-tanduknya bukan saja cerdas tetapi juga rasional. Aktor
memilih keputusan dengan penuh kesadaran tentang semua alternatif yang mungkin
ada untuk mendapatkan keuntungan maksimal.
•
Pengambilan keputusan yang
intuitif-emosional
Lawan dari pengambilan keputusan yang rasional adalah
pengambil keputusan yang intuitif. Pengambil keputusan ini menyukai kebiasaan
dan pengalaman, perasaan yang mendalam, pemikiran yang reflektif dan naluri
dengan menggunakan proses alam bawah sadar.
•
Pengambilan keputusan secara
politis-perilaku
Pandangan ketiga mengemukakan bahwa pengambil keputusan yang
sesungguhnya harus mempertimbangkan sejumlah tekanan dari orang lain yang
terpengaruh oleh keputusan mereka.[2]
2.
DEFINISI KEPUTUSAN STRATEGIS DAN
KEBUTUHAN AKAN KEPUTUSAN STRATEGIS
Keputusan strategis merupakan bentuk yang dilakukan dengan
menempatkan pandangan serta analisis secara jangka panjang. Bentuk analisis
tersebut menekankan pada pandangan serta dampak yang mungkin bisa terjadi
dikemudian hari serta kondisi keputusan tersebut membawa pengaruh pada aplikasi
pekerjaan yang dilakukan.
Alasan yang paling mendasar dalam pembuatan keputusan
strategis adalah ingin menempatkan posisi perusahaan sebagai perusahaan yang
memiliki nilai kompetensi dipasar. tanpa ada keputusan yang bernilai strategis
maka kemampuan perusahaan untuk berkompetensi dipasar akan sulit untuk bisa
dilakukan.
dan untuk mewujudkan terbentuknya keputusan yang bernilai
strategis maka mereka-mereka yang berada diperusahaan tersebut juga harus
memiliki kompetensi kemampuan untuk bekerja dalam konteks keputusan strategis.
karena bagaimana mungkin mewujudkan keputusan strategis jika kompetensi SDM
perusahaan lemah. sehingga wajar jika semenjak proses seleksi dan pelatihan
serta berbagai pembekalan lainnya ditujukan untuk mendukung terbentuknya
penguatan pada dukungan keputusan strategis.
Atas dasar itu perekrutan tenaga kerja tidak harus dilakukan
dengan pemaksaan namun harus didasarkan atas dasar kompetensi. Seperti jika
perusahaan migas membutuhkan tiga orang tenaga teknisi teknik komputer
pertambangan, maka jika jumlah pelamar mencapai 700 orang namun yang dianggap
layak berdasarkan hasil tes hanya satu orang maka yang diterima tetap satu
orang saja tidak dipaksa tiga orang. karena jika dipaksa maka perusahaan harus
memberikan pelatihan lagi pada dua orang lainnya. tentunya ini menyangkut
dengan biaya yang harus dikeluarkan.
3.
TAHAP-TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Guna memudahkan pengambilan keputusan maka perlu dibuat
tahap-tahap yang bisa mendorong kepada terciptanya keputusan yang diinginkan.
Adapun tahap-tahap tersebut adalah:
1)
Mendefinisikan masalah tersebut
secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk di mengerti.
2)
Membuat daftar masalah yang akan
dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas dengan maksud agar adanya
sistematika yang lebih terarah dan terkendali.
3)
Melakukan identifikasi dari setiap
masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih memberikan gambaran secara lebih
tajam dan terarah secara lebih spesifik.
4)
Memetakan setiap masalah tersebut
berdasarkan kelompoknya masing-masing yang kemudian selanjutnya dibarengi
dengan menggunakan model atau alat uji yang akan dipakai.
5)
Memastikan kembali bahwa alat uji
yang dipergunakan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.
Di sisi lain simon (1960)
mengatakan, pengambilan keputusan berlangsung melalui empat tahap,
yaitu:
•
Intelligence
•
Design
•
Choice, dan
•
Implementasi
Secara lebih dalam beliau menegaskan bahwa,
"intelligence adalah proses pengumpulan informasi yang bertujuan
mengidentifikasi permasalahan. Design adalah tahap perancangan solusi terhadap
masalah. Biasanya pada tahap ini dikaji
berbagai macam alternatif pemecahan masalah. Choice adalah tahap mengkaji
kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam alternatif yang ada dan memilih
yang terbaik. Implementation adalah tahap pengambilan keputusan dan
melaksanakannya".[3]
4. TIPE-TIPE KEPUTUSAN
1)
Keputusan terprogram
Adalah keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau
prosedur. Keputusan yang terprogram dianggap suatu keputusan yang dijalankan
secara rutin saja, tanpa ada persoalan-persoalan yang bersifat krusial. Karena
setiap pengambilan keputusan yang dilakukan hanya berusaha membuat pekerjaan
yang terkerjakan berlangsung secara baik dan stabil.sebagai contoh, manajer
tidak perlu memikirkan penetapan gaji karyawan baru, karena organisasi pada
umumnya mempunyai skala gaji untuk semua posisi.
Pada dasarnya suatu keputusan yang terprogram akan dapat
terlaksana dengan baik jika memenuhi beberapa syarat di bawah ini, yaitu:
1)
termilikinya sumber daya manusia
yang memenuhi syarat sesuai standart yang diinginkan.
2)
sumber informasi yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif adalah lengkap tersedia. Serta informasi yang
diterima adalah dapat dipercaya.
3)
Pihak organisasi menjamin dari segi
ketersediaan dana selama keputusan yang terprogram tersebut dilaksanakan.
4)
Aturan dan kondisi eksternal
organisasi mendukung terlaksananya keputusan terprogram ini hingga tuntas.
Seperti peraturan dan brbagai ketentuan lainnya tidak ikut menghalangi, bahkan
sebaliknya turut mendukung.
2) Keputusan yang tidak terprogram
Adalah keputusan yang berkenaan dengan masalah khusus, khas
atau tidak biasa. Keputusan yang tidak terprogram biasanya diambil dalam usaha
memecahkan masalah-masalah baru yang belum pernah dialami sebelumnya. Ricky W.
Griffin mendefinisikan keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang secara
relatif tidak terstruktur dan muncul lebih jarang daripada suatu keputusan yang
terprogram. Pada pengambilan keputusan yang tidak terprogram adalah kebanyakan
keputusan yang bersifat lebih rumit dan membutuhkan kompetensi khusus untuk
menyelesaikannya, seperti top manajemen dan para konsultan dengan tingkat skill
tinggi. sebagai contoh, cara pengalokasian sumberdaya organisasi, penanganan
produk yang jatuh dipasaran atau cara perbaikan hubungan masyarakat.
3) Keputusan-keputusan dengan kepastian,
resiko, dan ketidakpastian.
Dalam kondisi kepastian , para manajer mengetahui apa yang
akan terjadi diwaktu yang akan datang karena tersedia informasi yang akurat,
terpercaya dan dapat diukur sebagai dasar keputusan.
Dalam kondisi resiko, manajermengetahui besarnya
probabilitas setiap kemungkinan hasil tetapi informasi lengkap tidak tersedia.
Dalam kondisi ketidakpastian, manajer tidak mengetahui
probabilitas bahkan mungkin tidak mengetahui kemungkinan hasil-hasil. [4]
5.
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Lahirnya suatu keputusan tidak serta merta berlangsung
secara sederhana begitu, sebab sebuah keputusan itu selalu saja lahir
berdasarkan dari proses yang memakan waktu, tenaga dan pikiran hingga akhirnya
terjadinya suatu pengkristalan dan lahirlah keputusan tersebut. Saat
pengambilan keputusan adalah saat dimana kita sepenuhnya memilih kendali dalam
bertindak sedangkan saat kejadian tak pasti adalah saat dimana sesuatu diluar
diri kitalah yang menentukan apa yang akan terjadi artinya kendali diluar
kemampuan kita. Selanjutnya yang dianggap penting adalah pertanggungjawaban
dari keputusan itu sendiri kepada pihak yang berkepentingan.[5]
Proses dasar pembuatan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman dan perumusan masalah
Para
manajer sering menghadapi kenyataan
bahwa masalah yang sebenarnya sulit diketemukan atau bahkan sering hanya
mengidentifikasikan gejala masalah bukan penyebab yang mendasar.
Para
manajer dapat mempermudahkan identifikasi masalah dengan beberapa cara yaitu:
·
Manajer secara sistematik menguji
hubungan sebab akibat
·
Manajer mencari penyimpangan atau
perubahan dari normal dan paling penting manajer berkonsultasi dengan pihak
lain yang mampu memberikan pandangan dan wawasan yang berbeda tentang masalah
atau kesempatan.
2. Pengumpulan dan analisa data yang releven.
setelah manajer menentukan dan merumuskan masalah kemudian
harus mulai memutuskan langkah-langkah selanjutnya , yaitu:
·
Menentukan data apa yang akan
dibutuhkan untuk membuat keputusan yang tepat.
·
Mendapatkan informasi yang
dibutuhkan
Para manajer akan jarang memperoleh seluruh data yang
dibutuhkan padahal mereka harus mempunyai informasi cukup untukdapat merumuskan
berbagai penyelesaian.
3. Pengembangan alternatif-alternatif
Kecenderungan
untuk menerima alternatif keputusan pertama yang feasible sering menghindarkan
manajer dari pencapaian penyelesaian masalah yang terbaik. Pengembangan
sejumlah alternatif memungkinkan manajer menolak kecenderungan untuk membuat
keputusan terlalu cepat dan membuat lebih mungkin pencapaian keputusan yang
efektif.
4. Evaluasi alternatif-alternatif
Setelah
mengembangkan sejumlah alternatif, mereka harus mengevaluasinya untuk menilai
efektivitas setiap alternatif.
5. Pemilihan alternatif terbaik
Pembuatan
keputusan merupakan hasil evaluasi berbagai alternatif.
6. Implementasi keputusan
Para
manajer harus membuat rencana-rencana untuk mengatasi berbagai persyaratan dan
masalah yang mungkin ditemukan dalam penerapan keputusan.
7. Evaluasi hasil-hasil keputusan
Imlementasi
keputsan harus dimonitor terus-menerus, manajer harus mengevaluasi apakah
implementasi dilakukan dengan lancar dan keputusan memberikan hasil-hasil yang
diinginkan.[6]
6.
PERUBAHAN DALAM KEPUTUSAN
Dalam proses berlangsungnya suatu keputusan tentu tidak
selamanya berlangsungsesuai dengan
rencana yang diharapkan. Secara umum dampak perubahan keputusan tersebut
dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok perubahan, yaitu:
•
Incremental changes
Incremental changes merupakan dampak perubahan keputusan
yang dapat diperkirakan atau ditaksir berapa persentase perubahan yang akan
terjadi kedepannya tentu berdasarkan data-data dimasa lalu( historis).
•
Turbulence change.
Turbulence change merupakan pengambilan keputusan dalam
kondisi perubahan yang sulit untuk diperkirakan. Contohnya bencana alam,
perubahan kondisi politik, demonstrasi buruh, dan sebagainya. Walaupun
data-data tersebut ada namun kejadian seperti itu belum tentu memiliki kesamaan
kondisi dan situasi seperti dulu. Seperti jatuh dan bergantinya presiden di
irak baik sebelum Saddam Husein maupun pada saat Saddam Hussein ditangkap atau
diturunkan posisinya dari Presiden irak secara paksa oleh tentara Amerika dan
sekutunya.
7.
KUALITAS KEPUTUSAN
Kualitas merupakan mutu dari pekerjaan atau hasil yang telah
dicapai dengan proses yang dilakukan. Sehingga kualitas keputusan merupakan
mutu yang dihasilkan dari hasil keputusan tersebut yang telah diaplikasikan
atau telah diuji secara maksimal dan terlihat hasilnya secara maksimal serta
dinilai secara maksimal juga.
Penilaian secara maksimal tentunya akan menjadi lebih jelas
dan lebih bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya dari pada penilaian secara
tidak maksimal tentunya. Maka dari itu untuk menilai suatu kualitas keputusan
yang dibuat haruslah diuji secara pendekatan yang bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah.
Pendekatan keilmuan yang dipakai disini haruslah berdasarkan
pada ruang lingkup dimana asal mula proses awal berdirinya keputusan tersebut.
Jika keputusan tersebut adalah dipakai untuk bidang ilmu ekonomi, teknik,
kedokteran dan sosiologi maka itu harus berlandaskan pada asas-asas dan
aturan-aturan pada bidang ilmu yang bersangkutan, dengan maksud nantinya selalu
saja keputusan tersebut berpatokan dan tetap berada pada koridor ilmu yang
bersangkutan. Ini ditujukan dengan maksud guna menghindari terjadinyatumpang
tindih atau kekacauan dalam aplikasi keputusan itu nantinya.
Dimana kita mengetahui bahwa kekacauan yang sering timbul
adalah pada saat setiap bidang tersebut tidak bergerak atau juga tidak
diberikan keleluasaan bergerak secara "independent" sesuai dengan
garisnya. Dan ini berdampak pada pembentukan keputusan yang tidak berlangsung
secara profesionalisme.
8. SOLUSI DALAM MENYELESAIKAN
BERBAGAI MASALAH DIBIDANG PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Ada beberapa solusi secara umum yang dapat dilaksanakan
untuk menyelesaikan persoalan atau membuat suatu keputusan menjadi jauh lebih
baik, yaitu:
•
Menerapkan konsep keputusan yang
cenderung hati-hati dan memikirkan setiap dampak yang akan timbul secara jangka
pendek dan panjang.
•
Menempatkan setiap keputusan
berdasarkan alasan-alasan yang bersifat representatif.
•
Menghindari pengambilan keputusan
yang bersifat ambigu.
•
Setiap keptusan yang dibuat oleh
seorang pemimpin disebuah perusahaan berdasarkan pada pertimbangan fungsi
manajemen.
Salah satu pandangan mengenai gaya-gaya pengambilan
keputusan menurut Robbins dan D A. De Cenzo dalam bukunya “Supervision Today” ,
didasarkan pada pendekatan dua dimensi dalam pengambilan keputusan yaitu,
•
Cara berfikir seseorang, yaitu
didasarkan pada anggapan bahwa sebagian diantara kita cenderung lebih bersifat
rasional dan logis dalam cara berfikir atau memproses informasi.
•
Dimensi yang menggambarkan toleransi
seseorang akan ambiguitas. Tipe ini lebih cenderung kearah intuitif yang
memandang bahwa memproses informasi tidak harus menurut urutan tertentu
melainkan memandangnya sebagai keseluruhan atau banyak pikiran sekaligus.
9.
KEPUTUSAN STRATEGIS DAN KEPEMIMPINAN STRATEGIS
Kepemimpinan strategis adalah kemampuan untuk
mengantisipasi, memberi inspirasi, mempertahankan fleksibilitas, dan
memberdayakan orang lain untuk menciptakan perubahan strategik yang diinginkan.
Pada era kompetitif sekarang ini ada beberapa alasan yang
mendasari mengapa dibutuhkan kepemimpinan strategik, yaitu:
1.
Persaingan yang semakin tinggi
membutuhkan keputusan yang memiliki kekuatan strategis.
2.
Pergerakan ekspansi bisnis terjadi
dan dilakukan oleh seluruh sektor bisnis, sehingga setiap perusahaan berusaha
untuk bisa unggul dan kompetitif.
3.
Konsumen merupakan mereka yang
memberi keputusan dalam memutuskan suatu produk diterima dan tidak diterima.
4.
Dunia saat ini berlaku konsep
borderless holders.
5.
Perkembangan dan sumbangan devisa
dari sumber bisnis kepada negara.
Dari pendapat diatas dapat kita tarik satu pemahaman bahwa
seorang pemimpin memiliki pengaruh besar dalam mendorong peningkatan kinerja
para karyawan. Peningkatan kualitas kinerja bawahan memiliki pengaruh pada
penciptaan kualitas kerja sesuai dengan pengharapan. Artinya para mitra bisnis
dan konsumen akan menyukai hasil produk yang dihasilkan, dan ini berdampak pada
kondisi peningkatan perolehan keuntungan perusahaan khususnya. Perolehan keuntungan
artinya kinerja keuangan yang dihasilkan telah tercapai sesuai harapan.
Seorang pemimpin harus mampu mengarahkan bawahannya untuk
memiliki kompetensi dalam bekerja. Karena dengan kepemilikan kompetensi
karyawan tersebut akan mampu mendorong peningkatan kualitas kinerja keuangan
perusahaan. Kita bisa melihat perbedaan antara karyawan yang memiliki
kompetensi dan yang rendah nilai kompetensinya, pada hasil kinerja yang mereka
hasilkan.
Ada adagium yang berlaku dalam dunia kepemimpinan bahwa
“seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang paling sedikit memimpin, tapi
seorang pemimpin yang tidak baik adalah pemimpn yang terlalu banyak memimpin.”
Artinya jika seorang pemimpin terlalu banyak mengurusi berbagai urusan setiap
keputusan sangat tergantung pada diri
pemimpin tersebut maka artinya pemimpin tersebut telah menciptakan kondisi
ketergantungan yang begitu tinggi pada dirinya. Setiap karyawan tidak bisa
berinisiatif dalam mengambil keputusan karena ia takut keputusan yang diambil
adalah salah dimata pimpinan, kondisi seperti itu menyebabkan setiap ada
masalah selalu harus ditanyakan kepada pimpinan. Ini bisa menyebabkan
perlambatan pengambilan keputusan. Termasuk ini menunjukan pemimpin tersebut
lemah.pemimpin harus mampu mendidik karyawan agar menjadi lebih baik dari
dirinya.
Oleh karena itu , salah satu syarat seorang pemimpin yang
baik adalah memahami sepuluh hukum human relations dengan baik. dengan tujuan
agar pemimpin tersebut mampu memahami dan menempatkan dirinya, bawahan, dan
organisasi secara satu kesatuan yang terkelola secara baik dan
berkesinambungan. "sepuluh hukum" itu adalah:
1.
Adanya sinkronisasi antara tujuan
organisasi dengan tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.
2.
suasana dan iklim kerja yang
menyenangkan dan penuh persahabatan.
3.
informalitas yang dipadu secara
dengan baik dengan formalitas dalam interaksi antara pimpinan dan bawahan.
4.
tidak memperlakukan manusia sama
dengan mesin.
5.
pengembangan kemampuan bawahan
sampai ketingkat yang maksimal.
6.
pekerjaan yang menarik dan penuh
tantangan, bukan yang bersifat rutin.
7.
pengakuan dan penghargaan atas
pelaksanaan tugas dengan baik.
8.
sarana dan prasarana kerja yang
memadai.
9.
penempatan yang tepat berdasrkan
keahlian, keterampilan, dan pengalaman seseorang.
10. balas jasa yang setimpal dengan jasa yang diberikan yang
sekaligus dapat menjamin taraf hidup yang wajar.[7]
BAB III
KESIMPULAN
Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal
dari latar belakang masalah, identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan
dan rekomendasi. Rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan digunakan
sebagai pedoman basis dalam pengambilan keputusan.
Tahap-tahap
dalam pengambilan keputusan:
1)
Mendefinisikan masalah tersebut
secara jelas dan gamblang, atau mudah untuk di mengerti.
2)
Membuat daftar masalah yang akan
dimunculkan, dan menyusunnya secara prioritas dengan maksud agar adanya
sistematika yang lebih terarah dan terkendali.
3)
Melakukan identifikasi dari setiap
masalah tersebut dengan tujuan untuk lebih memberikan gambaran secara lebih
tajam dan terarah secara lebih spesifik.
4)
Memetakan setiap masalah tersebut
berdasarkan kelompoknya masing-masing yang kemudian selanjutnya dibarengi
dengan menggunakan model atau alat uji yang akan dipakai.
5)
Memastikan kembali bahwa alat uji
yang dipergunakan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.
Tipe-tipe keputusan:
1)
Keputusan terprogram
2)
Keputusan yang tidak terprogram
3)
Keputusan-keputusan dengan
kepastian, resiko, dan ketidakpastian.
Pada era
kompetitif sekarang ini ada beberapa alasan yang mendasari mengapa dibutuhkan
kepemimpinan strategik, yaitu:
1)
Persaingan yang semakin tinggi
membutuhkan keputusan yang memiliki kekuatan strategis.
2)
Pergerakan ekspansi bisnis terjadi
dan dilakukan oleh seluruh sektor bisnis, sehingga setiap perusahaan berusaha
untuk bisa unggul dan kompetitif.
3)
Konsumen merupakan mereka yang
memberi keputusan dalam memutuskan suatu produk diterima dan tidak diterima.
4)
Dunia saat ini berlaku konsep
borderless holders.
5)
Perkembangan dan sumbangan devisa
dari sumber bisnis kepada negara.
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi
irham. 2013. Manajemen Strategis Teori
dan Aplikasinya. Bandung: Alfabeta.
Yahya
Yohanes. 2006. Pengantar manajemen.
Yogyakarta: Graha ilmu.
Purwanto Iwan. 2006. Manajemen
Strategi. Bandung: Yrama Widya.
![]() |
[1] Irham Fahmi. 2013. Manajemen
Strategis Teori dan aplikasi. Bandung: Alfabeta. Irham Fahmi. 2013. Manajemen Strategis Teori dan aplikasi.
Bandung: Alfabeta. Hal. 14
Hal. 14
[2] Iwan Purwanto. 2006. Manajemen Strategi. Bandung:
Yrama Widya. Hal. 85-87
[3] Irham Fahmi. 2013. Manajemen
Strategis Teori dan aplikasi. Bandung: Alfabeta. Hal. 14-16
[4] Yohanes Yahya. 2006. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 65-68
[5] Irham Fahmi. 2013. Manajemen
Strategis Teori dan aplikasi. Bandung: Alfabeta. Hal. 17
[6] Yohanes Yahya. 2006. Pengantar Manajemen. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 68-70
[7] Irham Fahmi. 2013. Manajemen
Strategis Teori dan aplikasi. Bandung: Alfabeta. Hal. 20-30