MAKALAH
SEJARAH PERABADAN ISLAM
“ALI BIN ABI THALIB”
Di susun Oleh Kelompok 4:
1. Ahmad Naufal
2. Gusti Supriyadi
3. Amelia
Dosen Pembimbing
Yuhasmita, S.Ag, MA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BENGKULU
2015
|
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang atas
rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini merupakan hasil dari tugas mandiri bagi para mahasiswa, untuk
belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang Ali Bin Abi Thalib. Penyusunan
makalah ini bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar mandiri kepada
mahasiswa, agar kreativitas dan penguasaan materi kuliah dapat optimal sesuai
dengan yang diharapkan.
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam
mengetahui tentang berbagai fungsi dan pentingnya berwirausaha serta dapat menerapkannya nanti dilapangan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam
belajar untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari dosen
pengampu mata kuliah dan juga teman-teman sangat kami harapkan untuk perbaikan
dan penyempurnaan dalam belajar pada masa mendatang.
Bengkulu, April 2015
Penyusun
i
|
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Biografi Khalifah Ali bin Abi
Thalib...................................................... 3
1. Kehidupan Awal................................................................................ 3
2. Masa Remaja...................................................................................... 4
3. Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah
ke Madinah............................. 4
B.
Kepemimpinan Khalifah Ali bin
Abi Thalib........................................... 5
1. Wafatnya Khalifah Usman bin Affan................................................ 5
2. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib
sebagai Khalifah........................... 6
3. Strategi Kepemimpinan Khalifah
Ali bin Abi Thalib......................... 6
a.
Khalifah Ali bin Abi Thalib
Memerangi Khawarij...................... 7
b.
Upaya Pengembangan dalam
Bidang Pemerintahan................... 7
c.
Perkembangan di Bidang Politik
Militer..................................... 8
d.
Perkembangan di Bidang Ilmu
Bahasa....................................... 9
e.
Perkembangan di Bidang
Pembangunan................................... 10
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................ 11
B.
Saran...................................................................................................... 11
ii
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara resmi istilah Khulafaur
Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama
menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang memperoleh
petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat
mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai
dengan petunjuk al-Quran dan Sunnah Nabi. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama
dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8.
Khulafaur
Rasyidin (bahasa Arab: الخلفاء الراشدون) atau Khalifah Ar-Rasyidin
adalah empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus
kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia wafat. Empat orang tersebut adalah para
sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam
membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah
tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan
konsensus bersama umat Islam.
Sistem pemilihan terhadap
masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang
ditinggalkan oleh Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan
berlangsung. Namun penganut paham Syi’ah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan
keturunannyalah yang akan meneruskan kepemimpinannya atas umat Islam, mereka
merujuk kepada salah satu Hadits Ghadir Khum.
Setelah Usman wafat,
masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali
memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang
dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan
para gubernur yang diangkat oleh Usman. Dia yakin bahwa
pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik
kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak
tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian dari Latar Belakang di atas, kami
merumuskan Masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana Biografi
Khalifah Ali bin Abi Thalib?
2.
Bagaimana
Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Isi Rumusan Masalah diatas, maka Tujuan
penulisan Makalah kami adalah :
1.
Untuk mengetahui
Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib
2.
Untuk mengetahui
Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib
Ali
dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada
tanggal 13 Rajab. Menurut
sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad,
sekitar tahun 599 Masehi atau
600(perkiraan).
Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25
tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Beliau
bernama asli Haydar bin Abu
Thalib, paman Nabi
Muhammad SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu
Thalib untuk mempunyai penerus yang
dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah. Setelah
mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar,
1. Kehidupan Awal
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti As’ad, dimana As’ad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib
banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau tidak punya anak laki-laki.
Uzur dan faqir nya keluarga Abu
Thalib memberi kesempatan bagi Nabi
SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk
membalas jasa kepada Abu
Thalib yang telah mengasuh Nabi
sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama
dengan Muhammad.
Dalam biografi asing (Barat), hubungan Ali kepada Nabi
Muhammad SAW dilukiskan seperti Yohanes
Pembaptis (Nabi
Yahya) kepada Yesus (Nabi Isa). Dalam
riwayat-riwayat Syi'ah dan sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut dilukiskan seperti Nabi
Harun kepada Nabi
Musa.
2. Masa Remaja
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti bin Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau
orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi
SAW karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan
hingga beliau menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian
kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality
dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau
yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid
atau Sahabat-sahabat yang lain.
Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun
kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada
umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang
tertentu dengan kapasitas masing-masing.
Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik
aspek zhahir (exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf
menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.
3. Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah
Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi
yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang
tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh Nabi yang telah meloloskan
diri ke Madinah bersama Abu Bakar.
B.
Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib
1. Wafatnya Khalifah Usman bin
Affan
Pada masa
kepeminpinan Kholifah Usman bin Affan , terjadi fitnah yang besar di kalangan
kaum muslimin di beberapa daerah, terutama di Basrah, Mesir dan Kufah. Fitnah-fitnah tersebut sengaja
disebarkan oleh kaum munafik yang dipimpin Abdullah bin Saba. Fitnah tersebut berhasil menghasut
beberapa pihak untuk membrontak dan menuntut mundurnya Khalifah Usman bin
Affan.
Dalam masa
krisis tersebut, beliau tetap tidak mau menggunakan pengawalan khusus yang
ditawarkan para sahabatnya. Suatu ketika, para pembrontak berhasil menyerbu
rumah Kholifah Usman bin Affan dan membunuhnya.
Saat
kejadian itu, Kholifah Usman bin
Affan sedang menjalankan puasa sunah dan membaca Al-Qur'an. Malam harinya sebelum terbunuh beliau mimpi
bertemu Rasulullah saw. Dalam mimpinya, Rasulullah saw. meminta untuk berpuasa
dan besuknya akan berbuka dengan Rasulullah saw. Mimpi itu akhirnya menjadi
kenyataan.
Sepeninggal
Kholifah Usman bin Affan dalam kondisi yang masih kacau, kaum muslimin meminta
Ali bin Abi Thalib untuk menjadi Khalifah, akan tetapi ada bebarapa tokoh yang
menolak usulan tersebut diantaranya Muawiyah
bin Abi Sufyan. Mereka menolak Ali bin Abi Thalib pada umumnya adalah
para gubernur atau pejabat yang berasal dari keluarga besar Kholifah Usman bin
Affan . Mereka menuntut pembunuh Kholifah Usman bin Affan ditangkap terlebih
dahulu. Setelah itu barulah masalah pergantian pemimpin dibicarakan. Sebaliknya,
pihak Ali bin Abi Tahlib berpendapat bahwa masalah kepemimpinan sebaiknya
diselesaikan terlebih dahulu. Setelah itu, barulah pembunuh Kholifah
Usman bin Affan dicari bersama-sama. Perbedaan pendapat tersebut awal pecahnya
persatuan kaum muslimin saat itu. Akhirnya Ali bin Abi Thalib tetap diangkat
sebagai kholifah meskipun ada beberapa kalangan yang tidak tersedia
mengakuinya.
2. Pengangkatan Ali bin Abi
Thalib sebagai Khalifah
Setelah Khalifah Usman ra. syahid, Ali ra. diangkat menjadi khalifah ke-4.
Awalnya beliau menolak, namun akhirnya beliau menerimanya. Imam Ahmad
meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata:
.....Sementara orang banyak datang di belakangnya dan menggedor pintu dan
segera memasuki rumah itu. Kata mereka: "Beliau (Usman ra.) telah
terbunuh, sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak mengetahui
orang yang paling berhak untuk itu kecuali anda (Ali ra.)". Ali ra.
berkata kepada mereka: "Janganlah kalian mengharapkan saya, karena saya
lebih senang menjadi wazir (pembantu) bagi kalian daripada menjadi Amir".
Mereka menjawab: "Tidak, demi Allah, kami tidak mengetahui ada orang yang
lebih berhak menjadi khalifah daripada engkau". ‘Ali ra. menjawab:
"Jika kalian tak menerima pendapatku dan tetap ingin membaiatku, maka
baiat tersebut hendaknya tidak bersifat rahasia, tetapi aku akan pergi ke
masjid, maka siapa yang bermaksud membaiatku maka berbaiatlah kepadaku".
Pergilah ‘Ali ra. ke masjid dan orang-orang berbaiat kepadanya.
Dalam Tarikh
Al-Ya’qubi dikatakan: ‘Ali bin Abi Thalib ra. menggantikan
Usman sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib ra. dibaiat oleh Thalhah ra, Zubair ra,
Kaum Muhajirin dan Anshar. Sedangkan orang yang pertama kali membaiat dan
menjabat tangannya adalah Thalhah bin Ubaidillah ra.
3. Strategi Kepemimpinan Khalifah
Ali bin Abi Thalib
Diantara strategi Ali Bin Abi Thalib dalam menegakkan kekhalifaan adalah
memeranig Khawarij. Untuk kepentingan agama dan negara, Ali Bin Abi Thali juga
menggukan potensi dalam usaha pengembangan Islam, baik perkembangan
dalam bidang Sosial, politik, Militer, dan Ilmu Pengetahuan. Berikut ini akan diuraikan tentang strategi tersebut;
a. Khalifah Ali Bin Abi Thalib Memerangi Khawarij
Semula
orang-orang yang kelak dikenal dengan khawarij ini turut membaiat Ali ra., dan
Ali ra. tidak menindak mereka secara langsung mengingat kondisi umat belumlah
kembali stabil, di samping para pembuat makar yang berjumlah ribuan itu pun
telah berbaur di Kota Madinah, hingga dapat mempengaruhi hamba sahaya dan
orang-orang Badui. Jika Ali ra. bersegera mengambil tindakan, maka bisa
dipastikan akan terjadi pertumpahan darah dan fitnah yang tidak kunjung
habisnya. Karenanya Ali ra, memilih untuk menunggu waktu yang tepat, setelah
kondisi keamanan kembali stabil, untuk menyelesaikan persoalan yang ada dengan
menegakkan qishash. Kaum khawarij sendiri pada akhirnya menyempal dari Pasukan
Ali ra. setelah beliau melakukan tahkim dengan Muawiyah ra. setelah beberapa
saat terjadi perbedaan ijtihad di antara mereka berdua ra. (Ali ra. dan
Muawiyah ra.). Orang-orang khawarij menolak tahkim seraya mengumandangkan
slogan:
“Tidak ada hukum
kecuali hukum Allah. Tidak boleh menggantikan hukum Allah dengan hukum manusia.
Demi Allah! Allah telah menghukum penzalim dengan jalan diperangi sehingga
kembali ke jalan Allah.””Ungkapan mereka: ‘Tiada ada hukum kecuali hukum Allah,
dikomentari oleh Ali: “Ungkapan benar, tetapi disalahpahami. Pada akhirnya ‘Ali
ra. memerangi khawarij tsb., dan berhasil menghancurkan mereka di Nahrawan, di
mana hampir seluruh dari orang Khawarij tsb berhasil dibunuh, sedangkan yang
terbunuh di pihak Ali ra. hanya 9 orang saja.
b. Upaya Pengembangan dalam Bidang Pemerintahan
Situasi
ummat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib
sudah sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Ummat Islam pada masa
pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab
masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus diselesaikannya, seperti
tugas melakukan perluasan wilayah Islam dan sebagainya.
Selain itu,
kehidupan masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak
terpengaruh oleh kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan.
Namun pada
masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan
keadaan mulai berubah. Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang
bersifat duniawi. Oleh karena itu, beban yang harus dipikul oleh penguasa
berikutnya semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam mengatasi persoalan tersebut tetap
dilakukannya, meskipun ia mendapat tantangan yang sangat luar biasa. Semua itu
bertujuan agar masyarakat merasa aman, tentram dan sejahtera. Usaha-usaha yang
dilakukannya diantaranya :
c. Perkembangan
di Bidang Politik Militer
Khalifah Ali
bin Abi Thalib memiliki kelebihan, seperti kecerdasan,
ketelitian, ketegasan keberanian dan sebagainya. Karenanya ketika ia terpilih
sebagai Khalifah, jiwa dan semangat itu masih membara didalam dirinya. Banyak
usaha yang dilakukan, termasuk bagaimana merumuskan sebuah kebijakan untuk
kepentingan negara, agama dan umat Islam kemasa depan yang lebih cemerlang.
Selain itu, dia juga terkenal sebagai pahlawan yang gagah berani, penasihat yang
bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang
sahabat sejati, dan seorang kawan yang dermawan.
Khalifah Ali
bin Abi Thalib sejak masa mudanya amat terkenal dengan
sikap dan sifat keberaniannya, baik dalam keadaan damai mupun saat kritis.
Beliau amat tahu medan dan tipu daya musuh, ini kelihatan sekali pada saat
perang Shiffin. Dalam perang itu Khalifah Ali bin Abi Thalib mengetahui benar
bahwa siasat yang dibuat Muawiyah bin Abi Sufyan hanya untuk memperdaya
kekuatan Khalifah Ali bin Abi Thalib menolak ajakan damai, karena dia sangat
mengetahui bahwa Muawiyah adalah orang yang sangat licik. Namun para sahabatnya
mendesak agar menerima tawaran perdamaian itu. Peristiwa ini kemudian dikenal
dengan istilah "Tahkim" di Daumatul Jandal pada tahun 34 Hijriyah.
Peristiwa itu sebenarnya merupakan bukti kelemahan dalam system pertahanan pada
masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Usaha Khalifah terus mendapat tantangan dan selalu dikalahkan oleh kelompok
orang yang tidak senang terhadap kepemimpinannya.
Karena
peristiwa "Tahkim" itu, timbullah tiga golongan dikalangan umat
Islam, yaitu Kelompok Khawarij, Kelompok
Murjiah dan Kelompok Syi'ah (pengikut Ali). Ketiga kelompok itu yang pada masa berikutnya merupakan golongan yang
sangat kuat dan yang mewarnai perkembangan pemikiran dalam Islam.
d. Perkembangan
di Bidang Ilmu Bahasa
Pada masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam
telah sampai Sungai Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus.
Akibat luasnya wilayah kekuasaan Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan
berasal dari kalangan Arab, banyak ditemukan kesalahan dalam membaca teks
Al-Qur'an atau Hadits sebagai sumber hukum Islam.
Khalifah Ali
bin Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat
fatal, terutama bagi orang-orang yang akan mempelajari ajaran islam dari sumber
aslinya yang berbahasa Arab. Kemudian Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk
mengarang pokok-pokok Ilmu Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ).
Dengan
adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam mempelajari bahasa
Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari masyarakat Arab akan
mendaptkan kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran Islam.
e. Perkembangan
di Bidang Pembangunan
Pada masa
Khalifah Ali bin Abi Thalib, terdapat usaha positif
yang dilaksanakannya, terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang
dibangun adalah kota Kuffah.
Semula
pembangunan kota Kuffah ini bertujuao politis untuk dijadikan sebagai basis
pertahanan kekuatan Khalifah Ali bin Abi Thalib dari berbagai rongrongan para
pembangkang, misalnya Muawiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi, lama kelamaan kota
tersebut berkembang menjadi sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi bahkan
kemudian menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti
perkembangan Ilmu Nahwu, Tafsir, Hadits dan sebagainya.
Pembangunan kota Kuffah ini dimaksudkan
sebagai salah satu cara Khalifah Ali bin Abi Thalib mengontrol kekuatan
Muawiyah yang sejak semula tidak mau tunduk terhadap perintahnya. Karena
letaknya yang tidak begitu jauh dengan pusat pergerakan Muawiya bin Abi Sufyan, maka boleh dibilang kota ini sangat
strategis bagi pertahanan Khalifah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Demikialah makalah ini dibuat, sebagai cacatan
penutup. Pemakalah dapat menarik suatu kesimpulan, antara lain:
1.
Ali ra. bekerja keras pada masa
kekhilafahannya guna mengembalikan stabilitas dalam tubuh umat Islam.
2.
Diantara
strategi Khalifah Ali bin Abu Tholib, yang berhasil dikembangkan adalah:
a.
Perkembangan
di bidang pembangunan
b.
Perkembangan
di bidang bahasa
c.
Perkembangan
di bidang militer
d.
Perkembangan
di bidang pemerintahan
e.
Memerangi
khawarij
B.
Saran
Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan
saran yang membangun sangat diperlukan untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adikusuma,
Hilman, Antropologi Agama, Bandung:Citra Aditya Bakti, 1993.
Aswati, Sejarah Lokal Sulawesi Tenggara, , hand Out
Prodi Sejarah, FKIP Unhalu Kendari 2008
Damme, Pertumbuhan Pendidikan Islam dan Pengaruhnya
terhadap Masyarakat di Kabupaten Kendari, Kendari:Skripsi FKIP Unhalu, 1987
Darmawijaya, Kesultanan Islam Nusantara, Jakarta:
Pustaka Al Kautsar, 2010
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren, Jakarta:
LP3ES, 1983
Darajat, Zakiah, Prof, Dr, Ilmu Jiwa Agama,
Jakarta:Bulan Bintang, 1993.
Hasan, Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi
Penelitian dan Aplikasinya, Bogor:Galia Indonesia, 2002.
http://komed45.blogspot.com/2012/10/4-masa-kholifah-ali-bin-abi-thalib.html
|